Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terjemah Kitab Fathul Qorib Bab Kesunahan-Kesunahan Haji

Terjemah Kitab Fathul Qorib Bab Kesunahan-Kesunahan Haji
Terjemah Kitab Fathul Qorib Bab Kesunahan-Kesunahan Haji


Syarah Kitab Al-Ghayah wa At-Taqrib Matan Abu Syuja telah diberikan penjelasan (syarah) oleh para ulama, salah satunya adalah kitab Fathul Qarib al-Mujib atau al-Qaulul Mukhtar fi Syarah Ghayah al-Ikhtishar karya Syaikh Muhammad bin Qasim al-Ghazziy (918 H / 1512 M). Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Qasim bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazi al-Qahiri as-Syafi'i. Beliau lebih dikenal dengan "Ibn al-Gharabili". Beliau lahir di bulan Rajab 859 H/1455 M di Gaza, Palestina dan di kota inilah beliau memulai kehidupan. Tepatnya pada hari Rabu, 6 Muharram 918 H/1512 M beliau wafat.

Dalam kitab fathul qorib al-mujib ini dibahas tentang fiqih Mazhab Imam Syafi'i terdiri dari muqaddimah dan pembahasan ilmu fiqih yang secara garis besar terdiri atas empat bagian, yaitu tentang cara pelaksanaan ibadah, muamalat, masalah nikah, dan kajian hukum Islam yang berbicara tentang kriminalitas atau jinayat

berikut Terjemah Bab Kesunahan-Kesunahan Haji Kitab Fathul Qorib teks arab berharakat disertai translate arti bahasa indonesia

Kesunahan-Kesunahan Haji

(وَسُنَنُ الْحَجِّ سَبْعٌ)

Kesunahan-kesunahan haji ada tujuh.


Haji Ifrad

أَحَدُهَا (الْإِفْرَادُ وَهُوَ تَقْدِيْمُ الْحَجِّ عَلَى الْعُمْرَةِ)

Salah satunya adalah ifrad. Yaitu mendahulukan pelaksanaan haji sebelum melaksanakan umrah.

بِأَنْ يُحْرِمَ أَوَّلًا بِالْحَجِّ مِنْ مِيْقَاتِهِ وَيَفْرُغَ مِنْهُ ثُمَّ يَخْرُجَ عَنْ مَكَّةَ إِلَى أَدْنَى الْحِلِّ فَيُحْرِمُ بِالْعُمْرَةِ وَيَأْتِيْ بِعَمَلِهَا

Dengan cara pertama ihram haji dari miqatnya, dan setelah selesai melaksanakan haji kemudian ia keluar dari Makkah menuju tanah halal terdekat lalu melakukan ihram umrah dan melaksanakan amal-amalnya.

وَلَوْ عَكَسَ لَمْ يَكُنْ مُفْرِدًا

Jika dibalik, maka dia bukan orang yang melakukan haji ifrad.


Talbiyah

(وَ) الثَّانِيَ (التَّلْبِيَّةُ) وَيُسَنُّ الْإِكْثَارُ مِنْهَا فِيْ دَوَامِ الْإِحْرَامِ

Yang kedua adalah membaca talbiyah. Disunnahkan memperbanyak membaca talbiyah selama menjalankan ihram.

وَيَرْفَعُ الرَّجُلُ صَوْتَهُ بِهَا

Bagi laki-laki sunnah mengeraskan suara bacaan talbiyahnya.

وَلَفْظُهَا لَبّيْكَ اللهم لَبّيْكَ لَبَيْكَ لَاشَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَاشَرِيْكَ لَكَ

Lafadz talbiyah adalah, “ya Allah aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan kenikmatan hanya milik-Mu Dan kerajaan. Tidak ada sekutu bagi-Mu.”

وَإِذَا فَرَغَ مِنَ التَّلْبِيَّةِ صَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَأَلَ اللهَ تَعَالَى الْجَنَّةَ وَرِضْوَانَهُ وَاسْتَعَاذَ بِهِ مِنَ النَّارِ

Ketika selesai membaca tabiyah, hendaknya ia membaca sholawat kepada baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan meminta kepada Allah ta’ala agar diberi surga dan keridlaan-Nya, dan berlindung kepada-Nya dari api neraka.


Thawaf Qudum

(وَ) الثَّالِثُ (طَوَافُ الْقُدُوْمِ)

Yang ke tiga adalah thawaf Qudum.

وَيَخْتَصُّ بَحاَجٍّ دَخَلَ مَكَّةَ قَبْلَ الْوُقُوْفِ بِعَرَفَةَ

Thawaf Qudum dikhususkan bagi orang haji yang masuk Makkah sebelum melaksanakan wukuf di Arafah.

وَالْمُعْتَمِرُ إِذَا طَافَ الْعُمْرَةَ أَجْزَأَ عَنْ طَوَافِ الْقُدُوْمِ

Sedangkan bagi orang yang melaksanakan umrah, ketika ia melaksanakan thawaf umrah, maka sudah mencukupi dari thawaf Qudum.


Mabit Muzdalifah

(وَ) الرَّابِعُ (الْمَبِيْتُ بِمُزْدَلِفَةَ)

Yang ke empat adalah mabit di Muzdalifah.

وَعَدُّهُ مِنَ السُّنَنِ هُوَ مَا يَقْتَضِيْهِ كَلَامُ الرَّافِعِيِّ

Memasukkan mabit di Muzdalifah di dalam golongan kesunahan adalah pendapat yang ditetapkan oleh pendapatnya imam ar Rafi’i.

لَكِنِ الَّذِيْ فِيْ زِيَادَةِ الرَّوْضَةِ وَشَرْحِ الْمُهَذَّبِ أَنَّ الْمَبِيْتَ بِمُزْدَلِفَةَ وَاجِبٌ

Akan tetapi keterangan yang terdapat di dalam tambahannya kitab ar Raudlah dan Syarh al Muhadzdzab, bahwa sesungguhnya mabit di Muzdalifah adalah sesuatu yang wajib.


Sholat Sunnah Thawaf

(وَ) الْخَامِسُ (رَكَعَتَا الطَّوَافِ) بَعْدَ الْفَرَاغِ مِنْهُ

Yang ke lima adalah sholat dua rakaat thawaf setelah selesai melaksanakannya.

وَيُصَلِّيْهُمَا خَلْفَ مَقَامِ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ

Hendaknya ia melaksanakan sholat tersebut di belakang maqam Ibrahim As.

وَيُسِرُّ بِالْقِرَاءَةِ فِيْهِمَا نَهَارًا وَيَجْهَرُ بِهَا لَيْلًا

Sunnah memelankan suara bacaan saat melaksanakan sholat tersebut di siang hari, dan mengeraskan suara bacaan di malam hari.

وَإِذَا لَمْ يُصَلِّهِمَا خَلْفَ الْمَقَامِ فَفِيْ الْحِجْرِ وَإِلَّا فَفِي الْمَسْجِدِ وَإِلَّا فَفِيْ أَيِّ مَوْضِعٍ شَاءَ مِنَ الْحَرَمِ وَغَيْرِهِ

Dan ketika tidak melaksanakan sholat tersebut di belakang maqam Ibrahim, maka hendaknya sholat di Hijr Isma’il, jika tidak maka di dalam masjid, dan jika tidak maka di tempat manapun yang ia kehendaki baik tanah Haram dan yang lainnya.


Mabit Mina

(وَ) السَّادِسُ (الْمَبِيْتُ بِمِنَى) هَذَا مَا صَحَّحَهُ الرَّافِعِيُّ

Yang ke enam adalah mabit di Mina. Ini adalah pendapat yang disahkan oleh imam ar Rafi’i.

لَكِنْ صَحَّحَ النَّوَوِيُّ فِيْ زِيَادَةِ الرَّوْضَةِ الْوُجُوْبَ

Akan tetapi di dalam tambahan ar Raudlah, imam an Nawawi menshohikan hukum wajib.


Thawaf Wada’

(وَ) السَّابِعُ (طَوَافُ الْوَدَاعِ) عِنْدَ إِرَادَةِ الْخُرُوْجِ مِنْ مَكَّةَ لِسَفَرٍ حَاجًّا كَانَ أَوْلَا طَوِيْلًا كَانَ السَّفَرُ أَوْ قَصِيْرًا

Yang ke tujuh adalah thawaf Wada’ ketika hendak keluar dari Makkah karena untuk bepergian. Baik orang haji atau bukan. Baik bepergian jauh atau dekat.

وَمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ مِنْ سُنِّيَتِهِ قَوْلٌ مَرْجُوْحٌ لَكِنِ الْأَظْهَرُ وُجُوْبُهُ

Apa yang telah disampaikan mushannif yaitu berupa hukum kesunahan thawaff Wada’ adalah pendapat marjuh (lemah), akan tetapi menurut pendapat al adhhar hukumnya adalah wajib.


Posting Komentar untuk "Terjemah Kitab Fathul Qorib Bab Kesunahan-Kesunahan Haji"